Robot Angklung, Memadukan Teknologi dan Seni Tradisional Untuk Menciptakan Harmoni Futuristik

Cimahi, BBPPMPV BMTI – Indonesia, negara yang kita cintai ini dikenal dengan keberagaman budayanya, termasuk kekayaan alat musik tradisionalnya. Salah satu contoh alat musik tradisional yang terkenal dan berasal dari Jawa Barat adalah angklung. Alat musik ini telah menjadi populer sejak zaman dahulu. Seiring berjalannya waktu, angklung semakin memperkaya warisan budaya daerah.
Angklung telah meraih ketenaran internasional dan tidak hanya menjadi bagian dari kekayaan lokal. Pengakuan terhadap angklung telah diberikan oleh UNESCO dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Warisan Manusia sebagai Warisan Budaya Dunia. Tepatnya pada tanggal 16 November 2010, UNESCO secara resmi menetapkan angklung Indonesia sebagai warisan budaya dunia. Prestasi lain yang berhasil diraih oleh angklung adalah pencatatan dalam Guinness Book of World Records pada tahun 2011. Penghargaan ini diberikan atas pertunjukan angklung massal yang dilaksanakan di Washington, Amerika Serikat.
Dilansir dari Kompas.com (15/11/2022), nama angklung berasal dari bahasa Sunda, yaitu angkleung-angkleung. Terdiri dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang berarti pecah. Dengan demikian, angklung merujuk pada nada yang pecah atau tidak lengkap. Permainan pada era abad ke-12 sampai ke-16 ini, dilakukan demi pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci yang merupakan lambang dari Dewi Sri atau dewi padi.
Bagaimana cara memainkannya?
Angklung dimainkan dengan cara digoyangkan atau digetarkan. Tangan kiri bertugas untuk menggantung angklung, sementara tangan kanan bertugas untuk membunyikan angklung. Alat musik tradisional ini terbuat dari tabung-tabung bambu. Bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen) adalah jenis bambu yang umum digunakan sebagai bahan pembuatan alat musik ini.
Apa latar belakang diciptakannya Robang?
Dalam era modern ini, pengembangan produk warisan dengan sentuhan teknologi mutakhir menjadi suatu keharusan. Salah satu konsep yang menarik adalah mengintegrasikan teknologi robot dalam proses pengembangan produk warisan budaya. Robot ini didesain untuk bergerak secara otomatis dengan bantuan sensor khusus. Penggunaan istilah “robot” telah menggantikan konsep otomatisasi pada periode tersebut. Dalam literatur, robot dijelaskan sebagai sebuah perangkat mekanik yang dapat diprogram menggunakan informasi lingkungan melalui sensor, sehingga mampu menyelesaikan tugas secara otomatis sesuai dengan program yang telah ditetapkan berdasarkan prinsip logika. Melalui inovasi yang mendalam, integrasi teknologi robot dengan warisan tradisional memiliki potensi untuk menciptakan keselarasan yang serasi.

Di tangan Edy Bina Christian M., S.T., Wakil Kepala Program Keahlian Ketenagalistrikan, terciptalah sebuah inovasi berupa robot angklung yang mampu menggantikan peran 8 pemain angklung secara tradisional. Teknologi robot ini memungkinkan operasionalnya dilakukan oleh satu individu, sementara robot secara otomatis menghasilkan gerakan-gerakan yang diperlukan berdasarkan sensor gerak proksimitas yang ditempatkan di sekitarnya. Perangkat robot ini merupakan hasil dari kemajuan teknologi antargenerasi, yang bertujuan untuk mempermudah aktivitas manusia tanpa mengubah esensi dan tujuan dari pekerjaan yang dilakukan.
Selanjutnya, Edy yang kesehariannya menjadi instruktur pada program keahlian Ketenagalistrikan, menjelaskan latar belakang dibuatnya Robot Angklung (Robang) ini. Perkembangan teknologi yang pesat, menimbulkan dampak pada kurangnya perhatian generasi muda terhadap budaya lokal, terutama instrumen musik tradisional. Angklung, sebagai salah satu instrumen musik khas Jawa Barat, mulai tergeser oleh kemajuan alat musik elektronik. Meskipun sistem kendali robot menawarkan beragam cara untuk mengoperasikannya, tidak semua pemain angklung memahami bahasa pemrograman yang diperlukan untuk mengontrol atau memprogram ulang robot angklung. Hal ini menjadi hambatan bagi para pemain dalam memainkan berbagai lagu secara bersamaan.
Bagaimana sistem kerja Robang?
Edy menyampaikan solusinya atas tantangan yang dihadapi, telah dirancang sebuah robot angklung yang dapat memainkan alat musik tradisional tersebut secara otomatis, mengikuti lagu yang telah direkam sebelumnya, tanpa perlu penyesuaian ulang saat lagu diganti. Pengoperasian robot angklung ini dilakukan melalui mode pemutaran, di mana gerakan angklung dipicu oleh sensor gerak pada Robang ketika mendeteksi gerakan manusia selama 2 detik. Data rekaman lagu disimpan dalam mini PC, saat beralih ke mode pemutaran, aktuator secara otomatis memainkan angklung dengan menggerakkan setiap angklung secara harmonis, menghasilkan suara yang berbeda sesuai dengan nada yang diinginkan. Dalam desain ini, digunakan angklung dengan rentang 1 oktaf, sensor sentuhan untuk merekam gerakan, Arduino Mega 2560 sebagai pengendali utama, mini PC untuk penyimpanan data rekaman, dan motor DC door lock berperan sebagai aktuator penggerak.
Uji coba dilakukan untuk memvalidasi kinerja robot angklung, termasuk pembacaan input sensor yang akurat serta kapasitas memori rekaman yang mencukupi untuk durasi lagu yang ditentukan. Dalam proses pengembangannya, pencipta aplikasi ini menciptakan sebuah program yang mentransformasikan bahasa pemrograman menjadi notasi musik, yang selanjutnya dieksekusi dalam bentuk lagu. Meskipun demikian, pengembangan lebih lanjut dianggap perlu karena keterbatasan memori pada perangkat mini PC yang digunakan sehingga lagu yang masih bisa direkam hanya 4 lagu daerah secara berurutan.
Adapun aplikasi yang dinamai Robang itu, Edy yang membuat sendiri. Hal yang beda, adalah Edy mengharmonisasikannya dengan midi yang berbunyi lewat organ yang berjalan bersamaan selayaknya orkrestra mini. Selain itu, musik dari organ dijadikan standar durasi yang dibutuhkan pada saat membunyikan 1 buah angklung.
Kendala yang dihadapi?
Menurut Edy, tantangan yang dihadapi saat memodifikasi Robang ini adalah melibatkan penggunaan bahan yang tidak murah. ”Dalam proses perakitan, diperlukan kehati-hatian dalam pemilihan bahan karena bahan-bahan berbasis mekatronik ini sangat sensitif dan mahal,” ujar Edy. Dalam proses penggunaan bahan, Edy menggunakan alat-alat yang tersedia di sekitar laboratorium, seperti mini PC yang berfungsi untuk menyimpan data dan aplikasi yang kemudian dihubungkan dengan mikrokontroler yang mengontrol mini PC tersebut. Penggunaan aktuator penggerak melibatkan komponen dari kunci pintu mobil dan bahan lain yang memerlukan perlakuan khusus. Lebih lanjut, Edy menjelaskan bahwa salah satu hambatan yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan dasar tentang musik. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menyelaraskan harmoni dalam lagu karena hal ini bukan latar belakang keahliannya. Terkait dengan nada, perlu dipastikan bahwa ketukan pada aktuator yang menggerakkan angklung sudah tepat. Jika tidak ada masalah teknis, fokus selanjutnya adalah membuat model yang lebih estetis secara visual.

Bagaimana pengembangan Robang ke depan?
Untuk ke depannya, Edy menyampaikan harapan agar nantinya Robang dapat mendukung proses pembelajaran secara luas, khususnya bagi pembelajaran musik tradisional dengan lebih fokus lagi, khusus pada memberikan akses yang lebih mendalam kepada individu yang tertarik dalam bidang musik namun menghadapi keterbatasan fisik (disabilitas). Selain itu, terdapat rencana pengembangan lanjutan, seperti integrasi huruf Braille atau teknologi sensor sentuh. ”Pada tahap pengembangan selanjutnya, kami berharap dapat meningkatkan rentang oktaf guna menjaga tingkat kompleksitas yang diperlukan, sambil tetap memperoleh dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan kelengkapan pengembangan yang diinginkan,” pungkas Edy.*** (Penulis Doni TP, Editor Herna).
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
BBPPMPV BMTI Kemendikbudristek
Saluran Informasi dan Pengaduan :
Whatsapp : 08112242326
Telepon : (022) 6652326
Fax : (022) 6654698
Email : bbppmpv.bmti@kemdikbud.go.id
Laman : bbppmpvbmti.kemdikbud.go.id
Sosial Media Resmi:
Twitter : @bmti_kemdikbud
Facebook/Youtube/Linkedin : BBPPMPV BMTI Kemdikbud
Instagram/Tiktok : @bmti.kemdikbud
Views: 264