BIKIN HEMAT LISTRIK, BBPPMPV BMTI DUKUNG NET ZERO EMISSION DENGAN CARA INI
Cimahi, Ditjen Vokasi – Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang sangat kaya, mulai dari energi surya, angin, air, dan lain sebagainya. Dengan melihat potensi tersebut, peluang untuk memanfaatkan energi terbarukan sangatlah besar.
Hal itulah yang berhasil dikembangkan oleh Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI) dengan adanya inovasi green management system.
Inovasi tersebut beranjak dari media pembelajaran untuk pelatihan guru. Namun kini sudah dimanfaatkan untuk penerangan yang ada di lingkungan sekitar BMTI.
“Inovasi di bidang energi terbarukan adalah green management system yang berguna bukan hanya untuk pelatihan, tetapi juga masyarakat luas di sekitar BMTI,” tutur Supriyono selaku Kepala BBPPMPV BMTI.
Supriyono juga menjelaskan bahwa green management system yang ada di BMTI mencakup beberapa energi terbarukan. BMTI memperkenalkannya sebagai TESHA, yaitu teknik energi surya, hidro, dan angin. Selain itu ada juga pemanfaatan dari kotoran dan sampah yang digunakan untuk biogas. Dengan demikian, inovasi green management system dapat membantu dalam upaya pemanfaatan energi terbarukan.
Beriringan dengan Supriyono, benefit yang dihasilkan dari adanya inovasi green management system dijelaskan oleh Ketua Program Keahlian Teknik Energi Terbarukan, Irfan Suwardi.
“BMTI sudah menerapkan green management system, salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Dengan begitu, kami dapat membantu pemerintah dalam net zero emission (NZE),” jelas Irfan.
NZE adalah program pemerintah untuk meminimalkan dampak negatif dari emisi gas rumah kaca terhadap lingkungan dan iklim global. Untuk mencapai NZE, negara harus mengadopsi strategi dan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Lalu, bagaimana BMTI dapat mewujudkan itu?
Manfaatkan Energi Surya dengan PLTS ala BMTI
Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar karena letak geografisnya yang berada di sekitar khatulistiwa. Hal ini membuat Indonesia memiliki paparan sinar matahari yang cukup tinggi sepanjang tahun.
Menurut data dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), potensi energi surya di Indonesia mencapai sekitar 207.064 megawatt (MW). Dengan potensi ini, energi surya dapat menjadi salah satu sumber energi yang sangat menjanjikan di Indonesia.
Untuk itulah, PLTS dikembangkan BMTI dalam upaya pelatihan guru SMK. Perakitan alat-alat panel surya yang ada di BMTI adalah hasil pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL) peserta pelatihan.
Setelah pelatihan di BMTI, guru dapat mengaplikasikannya ke siswa di sekolah atau melakukan edukasi ke masyarakat terkait panel surya. Salah satu contoh adalah guru-guru dari SMKN 5 Kupang.
Kepala SMKN 5 Kupang, Sarifah, menceritakan bahwa guru dari sekolahnya telah mengikuti program pelatihan di BMTI. Setelah proses pelatihan selesai, ia memotivasi rekan-rekan guru dan siswa untuk berkontribusi lebih besar terhadap pengembangan PLTS di lingkungan sekolah.
“Kini, SMKN 5 dapat menciptakan alat berbasis ramah lingkungan dengan memanfaatkan tenaga surya, seperti gerobak bakso tenaga surya, lampu taman, dan charger HP tenaga surya,” jelas Sarifah.
Tidak hanya sebagai media praktik peserta pelatihan, pemanfaatan panel surya pun dirasakan oleh BMTI. Penggunaan panel surya mampu menekan biaya listrik BMTI.
“PLTS dapat mengurangi pembayaran listrik di lingkungan BMTI sebesar 30-40%,” tutur Supriyono selaku Kepala BBPPMPV BMTI.
Terdapat beberapa titik panel surya di lingkungan BMTI, yaitu di departemen energi terbarukan, departemen kelistrikan, dan di asrama BMTI. Sementara yang dimanfaatkan untuk penerangan jalan umum (PJU) berasal dari panel surya di asrama dan departemen energi terbarukan dengan total daya baterai 6.000 watt peak (WP).
Inovasi PLTS ini pun memberikan kebermanfaatan yang besar untuk masyarakat sekitar BMTI. Terdapat beberapa tiang PJU yang berguna untuk aktivitas warga di dua jalan luar BMTI. Dengan begitu masyarakat tidak takut lagi melewati jalan tersebut karena terdapat penerangan sehingga merasa aman. Kedua PJU di dalam dan luar BMTI sama-sama menggunakan sistem off grid.
Dalam pemanfaatan energi surya terdapat dua sistem, yaitu off grid dan on grid. Kedua sistem ini dapat membantu pemanfaatan energi terbarukan, yang berbeda adalah koneksinya dengan jaringan utama PLN.
Off grid adalah pemanfaatan energi surya dengan menggunakan baterai dan tidak terintegrasi dengan jaringan listrik utama. Prosesnya meliputi panel surya energi surya yang ditangkap panel akan disimpan di dalam baterai. Dari situlah energi DC dialirkan ke inventor yang mengubah energi DC menjadi AC. Selanjutnya, energi AC tersebut diteruskan ke distributor sehingga listrik dapat disebarkan untuk kebutuhan listrik.
Sementara itu, jaringan on grid berarti jaringan PLTS terkoneksi dengan jaringan distribusi (konsumen/pelanggan) PLN. Besar kapasitasnya disesuaikan dengan kapasitas beban yang terpasang di PLN. (Zia/Cecep Somantri)
Views: 1